Senin, 08 Desember 2008

Senjata SS2 Pindad patut diacungi Jempol

Menguji Senapan Anak Negeri
by : Wahyu Utomo

TEKNOLOGI Industri pertahanan nasional bisa dibilang masih tertinggal. Indonesia belum dapat membuat pesawat tempur sendiri. Begitu pula pembangunan kapal perang yang memiliki peralatan canggih.Namun, ada senjata buatan anak negeri yang berskala internasional, yakni senapan serbu buatan PT Pusat Industri Angkatan Darat (Pindad). TNI sebagai pengguna berulang kali kagum dengan kemampuan senjata buatan Bandung itu. "Hebat. Enteng dan sangat akurat," kata mantan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto sambil tersenyum. Kala itu, September 2003, Sutarto untuk pertama kali mencoba senapan serbu model 2 atau SS2 di Lapangan Tembak Pindad, Bandung. Jenderal yang punya reputasi jago tembak itu membidik puluhan balon dari jarak 50 meter. Tak satu peluru pun meleset. Pulang ke Jakarta, Sutarto langsung membawa 40 pucuk SS2 dan memesan senapan buru itu untuk mempersenjatai 60 batalyon di seluruh Tanah Air.
Seperti apa kehebatan senapan serbu lokal itu? Banyak pihak mengatakan lebih baik dari senapan legendaris Avtomat Kalashnikova-47 (AK-47). Meski AK-47 telah menjadi simbol kegiatan revolusi bersenjata karena dalam 50 tahun terakhir Kalashnikov diproduksi sekitar 90 juta pucuk, senapan otomatis itu dibikin berdasarkan cetak biru tahun 1947.
PT Pindad bahkan sesumbar, SS2 boleh diuji di medan tempur mana pun dengan senapan M-16 seri terbaru, A3. Padahal, M-16 yang dirancang Eugene Stoner pada awal 1950-an bukan senapan serbu sembarangan. Senapan buatan pabrik Colt dan Armalite, Amerika Serikat, itu menjadi tentengan utama pasukan Amerika sejak Perang Vietnam dan senapan standar pasukan elite Inggris, SAS.
Namun, sesumbar Pindad bukan omong kosong belaka. SS2 telah terbukti tangguh mengungguli senjata produk luar. Tahun 2006, SS-2 mengalahkan AK dan M.16 dalam lomba tembak Asean Army Rifle Meet ke XVI di Hanoi, Vietnam.Tahun ini, kontingen menembak Angkatan Darat berhasil meraih juara pertama lomba menembak Australian Army Skill At Arms Meeting yang dilaksanakan di Australia dengan peserta antara lain, Australia, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Papua Nugini. Kontingen Garuda XXIII yang bertugas di Kongo juga menggondol juara dua di bawah India dalam lomba tembak antar 12 negara kontingen.Meski kemampuan prajurit TNI tak bisa dikesampingkan, ketepatan membidik senjata Pindad itu diakui menjadi faktor utama.
Tak heran beberapa panglima tentara negara Asia sudah memuji keandalan produk Pindad tersebut.Tongkrongan SS2 memang menawan. Ramping tapi kokoh, dan dilengkapi berbagai instrumen senapan modern.
Bobotnya pun hanya 3,2 kilogram bila magasin terisi penuh 30 peluru. Sebagai perbandingan, M-16 A2 beratnya 4,47 kilogram; FNC 4,06 kilogram; dan AK-47 4,3 kilogram. Dengan spesifikasi demikian, tak heran bila desain dan manufactur SS2 berhasil mendapat penghargaan Rintisan Teknologi Industri dari Menteri Perindustrian.
Yang membanggakan lagi, bahan bakunya hampir semua buatan lokal. Jika saat awal produksi SS2 baja tempa untuk laras yang didatangkan dari Jerman, kini PT Krakatau Steel sebagai penghasil baja tanah air intensif merancang laras SS2. "Kami yakin laras yang diproduksi kualitasnya prima," kata Juru Bicara Departemen Pertahanan Brigjen Slamet Hariyanto.SS2 merupakan hasil penyempurnaan SS1 yang dibuat PT Pindad sejak 10 tahun silam. SS1 sendiri merupakan hasil reka ulang senapan buatan Belgia, FNC (Fabrique Nationale Carraben). SS2 mengunakan peluru berkaliber 5,56 x 45 mm seperti pendahulunya, SS1. SS2 juga menggunakan popor lipat sehingga flesibel untuk digunakan sesuai kebutuhan disegala medan.Meski demikian, secara prinsip SS1 dan SS2 jauh berbeda. Contohnya, pisir dan pejera SS2 bisa dibuka untuk mendudukkan teleskop. Ini membuat jarak tembak akurat mencapai 600 meter hingga 700 meter. SS1 hanya efektif 400 meter, sama dengan AK-47, sedangkan M-16 A2 bisa sampai 550 meter. Keunggulan lain SS2 tahan terhadap cuaca dan karat.SS2 juga memiliki dudukan untuk red dot (titik merah) guna meningkatkan akurasi tembakan, serta teropong malam hari (night vision scob). Senapan serbu ini mampu memuntahkan 740 butir peluru dalam satu menit, juga bisa dipasangi pelontar granat.
Senapan ini juga telah dikembangkan menjadi berbagai tipe sesuai dengan medan operasinya, yaitu tipe standar, marinized dan raider, baik untuk laras panjang, karaben maupun laras pendek. Tipe Marinized dikembangkan khusus untuk marine condition dan swap condition, sedangkan tipe raider dikembangkan untuk medan tempur khusus.Atas usaha-usaha yang dilakukan Pindad dalam mengembangkan, mendesain dan memproduksi senapan serbu yang memiliki kualitas handal, unggul, dan tidak kalah dengan kualitas senapan-senapan sejenis dari negara-negara lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugrahi Satya Lencana Pembangunan kepada Direktur Utama PT. Pindad Budi Santoso pada tahun 2006.

Rabu, 03 Desember 2008

F117 Pensiun dari US AIR FORCES

Washington (ANTARA News) - Angkatan Udara AS mengucapkan perpisahan, Selasa, pada F-117, pesawat tempur pertama di dunia yang menggunakan teknologi "siluman", setelah pesawat itu dioperasikan selama 27 tahun.Pangkalan Angkatan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio, yang mengelola program F-117, menjadi tuan rumah upacara pensiun tak resmi yang dihadiri para petinggi militer, pegawai dan wakil dari Pangkalan Angkatan Udara Holloman di New Mexico.Pesawat terakhir F-117 yang dijadwalkan terbang akan meninggalkan Holloman pada 21 April, singgah di Palmdale, California, untuk menghadiri upacara pensiun lain, lalu tiba pada 22 April di tujuan terakhirnya Pangkalan Udara Tonopah Test Range di Nevada.Angkatan Udara AS memutuskan untuk mempersiap pengakhiran masa tugas F-117 guna melicinkan jalan bagi pendanaan untuk memodernkan sisa armada tersebut. F-117 akan digantikan oleh F-22 Raptor, tapi pemerintah menyatakan akan mengeluarkan F-117 dari program pensiun kalau perlu. Pesawat itu melakukan penerbangan pertama di Tonopah Test Range pada Juni 1981. Program tersebut dirahasiakan hingga November 1988, ketika gambar pesawat jet itu pertama kali dibebarkan kepada masyarakat."Kami sangat bangga dengan warisan lama F-117 dan terikat komitmen untuk memensiunkan generasi pertama pesawat `siluman` hormat dan bermartabat," kata Diana Filliman, yang kantornya mengelola program tersebut, seperti dikutip Xinhua. (*)Sumber : ANTARA

Kamis, 08 Mei 2008

Ken Arok - The Conqueror from Indonesia

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok (lahir:1182 - wafat: 1227/1247), adalah pendiri Kerajaan Tumapel (yang kemudian terkenal dengan nama Singhasari). Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247).

Asal usul
Menurut naskah
Pararaton, Ken Arok adalah putra Dewa Brahma hasil berselingkuh dengan seorang wanita desa Pangkur bernama Ken Ndok. Oleh ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Ken Arok tumbuh menjadi pemuda yang gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang penjudi pula yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.
Ken Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango Samparan. Ia kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng. Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan
Kerajaan Kadiri.
Akhirnya, Ken Arok bertemu seorang
brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.

Merebut Tumapel
Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi akuwu (setara camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung. Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.
Ken Arok kemudian tertarik pada
Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.
Ken Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuh
Tunggul Ametung yang terkenal sakti. Bango Samparan pun memperkenalkan Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari desa Lulumbang (sekarang Lumbang, Pasuruan), yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
Mpu Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk Ken Arok sendiri.
Kembali ke
Tumapel, Ken Arok menjalankan rencana liciknya. Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil.
Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur
Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken Arok. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.
Pagi harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat
Tunggul Ametung. Ken Arok lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel dan menikahi Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung.

Mendirikan Kerajaan Tumapel
Pada tahun
1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan terhadap Kadiri. Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri. Sebagai raja pertama ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi
Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis) tidak takut menghadapi pemberontakan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa dan siap memerangi Kertajaya.
Perang antara
Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Kertajaya diberitakan naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.

Keturunan Ken Arok
Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
Selain itu,
Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati.

Kematian Ken Arok
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil mendapatkan keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak.
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah
Pararaton terjadi pada tahun 1247.

Versi Nagarakretagama
Nama Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam
Nagarakretagama (1365). Naskah tersebut hanya memberitakan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel merupakan putra Bhatara Girinatha yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182.
Pada tahun
1222 Sang Girinathaputra mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Ia kemudian menjadi raja pertama di Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa. Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (pada tahun 1254 diganti menjadi Singasari oleh Wisnuwardhana).
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun
1227 (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton). Untuk memuliakan arwahnya didirikan candi di Kagenengan, di mana ia dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha.
Kematian Sang Rajasa dalam
Nagarakretagama terkesan wajar tanpa pembunuhan. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah tersebut merupakan sastra pujian untuk keluarga besar Hayam Wuruk, sehingga peristiwa pembunuhan terhadap leluhur raja-raja Majapahit dianggap aib.
Adanya peristiwa pembunuhan terhadap Sang Rajasa dalam
Pararaton diperkuat oleh prasasti Mula Malurung (1255). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti ini menunjukkan kalau kematian Sang Rajasa memang tidak sewajarnya.

Keistimewaaan Ken Arok
Nama Rajasa selain dijumpai dalam kedua naskah sastra di atas, juga dijumpai dalam prasasti Balawi yang dikeluarkan oleh
Raden Wijaya, pendiri Majapahit tahun 1305. Dalam prasasti itu Raden Wijaya mengaku sebagai anggota Wangsa Rajasa.
Nama Ken Arok memang hanya dijumpai dalam
Pararaton, sehingga diduga kuat merupakan ciptaan si pengarang sebagai nama asli Rajasa. Arok diduga berasal dari kata rok yang artinya "berkelahi". Tokoh Ken Arok memang dikisahkan nakal dan gemar berkelahi.
Pengarang
Pararaton sengaja menciptakan tokoh Ken Arok sebagai masa muda Sang Rajasa dengan penuh keistimewaan. Kasus yang sama terjadi pula pada Babad Tanah Jawi di mana leluhur raja-raja Kesultanan Mataram dikisahkan sebagai manusia-manusia pilihan yang penuh dengan keistimewaan. Ken Arok sendiri diberitakan sebagai putra Brahma, titisan Wisnu, serta penjelmaan Siwa, sehingga seolah-olah kekuatan Trimurti berkumpul dalam dirinya.
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau pendiri
Kerajaan Tumapel hanya seorang rakyat jelata, namun memiliki keberanian dan kecerdasan di atas rata-rata sehingga dapat mengantarkan dirinya sebagai pembangun suatu dinasti baru yang menggantikan dominasi keturunan Airlangga dalam memerintah pulau Jawa.

Kepustakaan
Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara